Bagikan Juga

Adanya Fenomana Larangan Mencium Anak, KPAI Ajak Anak Hidup Sehat Selama Kampung Halaman

Dalam Iedul Fitri, Indonesia memiliki tradisi penuh makna dan sakral, yaitu momen berkumpul keluarga besar. Tidak hanya sekedar silaturahim sesama muasal rahim yang sama. Namun tersimpan makna mendalam silaturahim keluarga besar lintas generasi, dengan berkumpul di rumah yang paling di tua kan, dengan niat utama kompak di depan orang yang paling di tua kan, membahagiakan kakek nenek, cucu, cicit sampai buyut. Dalam rangka memperpanjang silaturahim dan persaudaraan.

Namun sedang ada perhatian netizen, ditengah berkumpul keluarga, ada bayi, balita dan anak yang menggemaskan. Ada fenomena yang sedang menjadi perbincangan hangat, soal boleh dan tidaknya mencium bayi, balita dan anak anak, karena persoalan kondisi mereka yang sangat sensitive ketika di dekati banyak orang. Terutama mereka yang tidak dikenal anak, atau lama tidak bertemu anak. Selain ada isu persoalan kesehatan, juga terkait psikologis anak ketika di sentuh mereka yang lama tidak bertemu dengan anak.

Namun tentu kita tahu, terkadang ada situasi tak terhindarkan, tidak bisa menghindari, ketika kakek nenek kangen dengan cucu dan cicitnya. ya. Namun saya kira umumnya keluarga, bukan karena larangannya, tapi karena mereka memahami situasi anak, ada budaya untuk membersihkan diri, sebelum bertemu anak. Karena kita tahu kondisi anak sangat sensitif. Ditambah larangan itu dimaknai dalam rasa kasih dan sayang. Sehingga ekspresi menyanyangi anak anak adalah dengan menjaga mereka, terhindar dari hal hal yang merugikan. Sehingga bila semangatnya ini, saya kira larangan mencium anak, bukan fokus pada larangan tapi menciptakan situasi yang kondusif agar anak anak tetap sehat selama di kampung halaman.

Beberapa saudara kita, sering mengingatkan, misal ketika dapat THR atau uang jajan agar anak tidak membeli es, misalnya. Bukan berarti anak tidak boleh minum es krim atau minuman kekinian. Namun maksudnya ada pengawasan bersama selama di kampung agar anak tidak mengkonsumsi es berlebihan. Yang selanjutnya juga perlu di tingkatkan seperti tidak berlebihan mengkonsumsi garam, gula, lemak.

Selama di kampung juga penting memberi perhatian, agar anak anak tidak main petasan, misalnya. Atau pentingnya pengawasan kepada anak anak ketika diruang bermain, agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Salah satunya sebelum bermain, melihat sekitar, agar dijauhkan dari ancaman ketika anak bermain di area tersebut.

KPAI berharap mudik dan liburan panjang di kampung halaman tahun ini, dengan memperhatikan apa yang di konsumsi anak dan apa yang di sekitar anak. Agar semangat semua yang di sekitar anak adalah demi kepentingan terbaik anak, dan itu adalah ungkapan rasa kasih sayang yang tinggi yang dapat mengantarkan masa depan yang lebih baik, terutama anak anak yang memiliki modal kesehatan yang tinggi. Anak anak yang mungkin pulang kampung dengan kondisi fisik yang kurang baik, selama dikampung bisa di pulihkan. Jangan sampai ada istilah, nak kami orang tua tidak tega melihat engkau sakit, kalau bisa pindahkanlah sakitmu kepada kami. Saya kira ini ungkapan kasih sayang yang teramat tinggi, yang bila diantisipasi sejak awal, tentu akan lebih baik daripada sakit.

Saya juga mengingatkan, pengalaman mudik tahun lalu, dimana ada anak terpisah dengan orang tuanya, hanya karena meminta telolet dari bus yang lewat, hanya karena posisi bus yang tengah belok, anak tidak mengukur ketika mendekati bus, yang akhirnya menjadi korban. Pengalaman ini saya tuliskan, karena melihat langsung di salah satu rest area tol, anak anak berdiri standby dengan hpnya menunggu bus keluar rest area, kemudian ketika bus lewat tidak membunyikan telolet, mereka mengejar bus tersebut, dan ini menjadi pemandangan yang membuat saya sangat khawatir. Sehingga kita berharap ini menjadi perhatian keamanan, dan orang tua, agar tidak lepas dari pengawasan anak anaknya saat beristirahat di tengah perjalanan.

Salam Hormat,

Jasra Putra
Wakil Ketua KPAI
CP. 0821 1219 3515


Bagikan Juga