Bagikan Juga



_Anak anak perempuan menjalankan kehidupannya, ditengah era digital, dengan perubahan iklim yang ekstrim, angka pernikahan anak yang tinggi dan pekerja anak perempuan. Mereka harus siap menanggung semuanya di masa depan, dengan modal yang minim untuk membangun masa depan_

Dunia setiap 11 Oktober memperingati Hari Anak Perempuan Sedunia. Begitupun di Indonesia.

Sejarah peringatan ini, di mulai dengan Deklarasi Beijing tahun 1995, yang menjadi tonggak penting dunia, menyuarakan perjuangan hak perempuan, hak perempuan muda (termasuk anak).

Yang didalam Deklarasi Beijing tersebut, dunia mengingatkan pentingnya mengatasi persoalan dan tantangan yang di hadapi perempuan muda diseluruh dunia

Kemudian perjuangan perempuan muda itu, berlanjut di Perserikatan Bangsa Bangsa pada 19 Desember 2011.

Saat itu dunia bersepakat, bahwa posisi anak perempuan dalam bermasyarakat, perlu keberpihakan lebih. Hal ini akibat sejarah peradaban dunia yang dianggap kurang berpihak.

Karena apa yang terjadi pada perempuan di sebuah negara, akan mempengaruhi peradaban perempuan di seluruh belahan dunia lainnya.

Sehingga monumental peringatan hari anak perempuan sedunia menjadi sangat penting, diperingati kita semua. Dengan dunia menetapkan 11 Oktober menjadi hari anak perempuan sedunia

Dalam rangka mengangkat harkat, derajat, martabat, kesetaraan peran perempuan. Dalam mengatasi diskriminasi atas nasib perempuan yang masih terjadi di masyarakat.

Kemudian mendorong kebijakan yang lebih berpihak pada kesetaraan gender dan menghormati hak hak yang dimiliki perempuan di seluruh dunia.

Untuk itulah kampanye ini, harus dimulai, diperkenalkan, disadari, sejak perempuan masih berumur belia.

Makanya hari anak perempuan sedunia ini ada, dan di akui di seluruh dunia.

Untuk anak perempuan, dunia ingin mereka, lebih berdaya, menggantikan budaya bisu dengan memperkuat suara mereka, partisipasi mereka, mengenalkan sukses story perempuan di tengah masyarakat.

Save The Children dalam Hari Anak Perempuan Sedunia tahun ini merilis data 9 juta anak di dunia menghadapi bencana perubahan iklim dan pernikahan anak. Yang di sana dominan anak perempuan yang akan merasakan dampaknya. Yang berujung menghancurkan masa depan perempuan. Yang artinya akan berdampak pada generasi yang akan di cetak di masa depan.

Save The Children juga menemukan 1 atau 2 anak di Indonesia, di kawinkan setiap hari dengan melalui jalur dispensasi perkawinan, ini belum yang pernikahannya tidak tercatat.

Kalau di Indonesia, isu anak perempuan, juga memiliki tantangan sendiri.

Bahkan menjadi target goals RPJMN kita, dimana Presiden Jokowi konsen kepada fenomena tingginya angka pernikahan anak, angka pekerja anak, yang lebih banyak melibatkananak perempuan, kekerasan kepada anak perempuan. Yang terus ingin dikurangi di negara kita.

Begitupun peran perempuan, sejak dini, melalui anak, di dorong dalam meningkatkan partisipasi mereka di dunia pendidikan dan kepemimpinan. Agar proses kesetaraan peran dan perjuangan perempuan terus berlanjut.

Tema Hari anak perempuan sedunia, tahun ini, adalah, Digital Generation – Our Generation. Yang menyoroti peran perempuan dalam perkembangan pesat dunia digital.

Dimana menurut PBB ada dominasi angka dari 2,2 Miliar (orang berusia dibawah 25 tahun), yang menempatkan perempuan dalam berbagai situasinya, dengan tidak memiliki akses internet.

Masih sering terjadi Anak Perempuan dalam berbagai peristiwa di masyarakat, ditempatkan sebagai generasi yang salah atau dipersalahkan, alias serba salah


Dari beberapa kasus pendampingan, penyelesaian kasus kasus anak perempuan. Seringkali penempatan perempuan adalah yang di persalahkan, yang tertinggal, yang menempatkan serba salah, menjadi konstruk sosial yang tidak menguntungkan pada posisinya, dianggap lemah, tubuhnya dipersalahkan
dalam struktur masalah, ditempatkan sebagai penyebabnya.


Begitupun dalam peran wanita di lingkungan, tidak bisa meninggalkan wilayah domestik nya. Menjadi ibu rumah tangga misalnya. Pekerjaan perempuan cenderung tidak dihargai, karena tidak terlihat menghasilkan atau ada uang disana. Karena berkutat dengan mengurus suami dan anak dari rumah.

Sehingga menjadi posisi pekerjaan yang tidak dihormati, dan sering dibandingkan dengan uang yang dihasilkan.

Padahal kita tahu pekerjaan mengurus rumah tangga adalah pekerjaan 24 jam (non stop tanpa henti). Berapa perempuan sejak anak, harus di bekali ketrampilan mengelola manajemen rumah, keterampilan pengasuhan dan kepemimpinan.

Pada kasus perundungan atau bullying misalnya, perempuan menghadapi bullying, baik karena posisinya, keadaannya, atau kasusnya.

Sehingga pada anak perempuan, banyak bullying berkelanjutan. Yang ketika ditemukan kondisi anak perempuan tersebut sudah telat penanganannya.

Istilah Menkes, anak anak sudah ditemukan dalam kondisi depresi, sudah masuk gangguan jiwa berat, skizofrenia.

Sehingga terbayang ketika anak perempuan ini besar, dan harus menanggung perannya di keluarga, di masyarakat, negara dan bangsa.

Negara kita juga, memperkuat perempuan yang berkutat di urusan rumah tangga, dengan RPJMN bicara ketahanan keluarga, yang dianggap mampu dan menjadi pintu masuk, menyelesaikan banyak hal.

Dari bicara ketahanan keluarga ini, KPAI memetakan, melihat masalah utama tentang digerusnya nilai nilai keluarga.

Dimana berbagai kerentanan, kekerasan, di korbankan, tangungan ekonomi, sering di pojokkan ‘pada perempuan’.

Bahkan anak perempuan lebih cepat keluar dari rumah induk, karena merasa memiliki tanggung jawab lebih pada keluarga.

Namun juga anak anak perempuan yang sadar kondisi nya dan harus menghidupkan ekonomi keluarga sejak belia, justru direbut kasus trafikking, eksploitasi ekonomi, pernikahan anak, perkosaan anak, pekerja anak, keterlibatan anak pada jual beli barang terlarang.

Jadi fenomena perempuan menjadi penanggung jawab ekonomi keluarga, tidak hanya terjadi para perempuan dewasa, tetapi fenomena di dunia digital dan globalisasi, juga harus ditanggung anak anak perempuan.

Anak anak perempuan menjalankan kehidupannya, ditengah era digital, dengan menghadapi perubahan iklim ekstrim, dan mereka yang harus menanggung semuanya, karena siklus hidup anak perempuan di masa depan. Sehingga anak perempuan menghadapi situasi berlapis dan di tuntut mempunyai peran lebih besar, dalam mengurangi dampak perubahan iklim dan mampu menyaring dunia digital yang tidak merugikan tumbuh kembang mereka.

Kemarin saya baru saja, KPAI diajak urun rembug bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, tentang Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan.

Kami rasa sudah hampir 1 tahun, mengawal, mulai dari Undang Undang Kesehatan yang baru di syahkan, dan sekarang berlanjut ke Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan.

Bahwa secara akedemis, rancangan ini, memperlihatkan, betapa besarnya tanggung jawab perempuan. Artinya sejak anak perempuan dilahirkan, kita semua punya tugas secara bertahap mengenalkan, peran sentral ini, kepada anak perempuan.

Terutama ancaman, tantangan kesehatan perempuan, di abad digital ini, sangat luar biasa.

Angka 4,8 juta kelahiran setiap tahun. Menandakan peran kuat perempuan sejak awal, mengambil porsi yang besar dalam mencetak generasi masa depan dunia.

Dengan problem tantangan kelahiran yang disampaikan kemenkes pada abad ini,

Mulai dari ancaraman ‘generasi yang memiliki modal kesehatan yang minim, dan sampai kematian, akibat dampak perkembangan digital hari ini”.

12 ribu anak terlahir dengan ancaman meninggal di masa setahun umur nya, yang menurut data 6000 nya tidak selamat setiap tahun

Beberapa dari 4,8 juta kelahiran itu, terancam hidup dengan modal kesehatan yang minim, atau terlahir dengan harus menanggung resiko pertumbuhan yang tidak optimal, bahkan tidak bisa berumur panjang, hanya di vonis 1 tahun umurnya, karena pneumonia, jantung bocor atau berlubang, diare akut, komplikasi penyakit, dan persoalan (karena tidak cek genetika, bawaan genetic, atau turunan genetic).

Saya kira, ini menjadi akar masalah, hari kehidupan pertama anak anak perempuan kita, bahkan terus berdampak yang tidak perempuan kira, ketika mereka sudah menjadi Ibu menghadapi generasi generasi yang butuh perhatian khusus.


Artinya bicara hari anak perempuan dunia, kita bicara kualitas anak perempuan kita, hari ini, seperti apa.

Pertanyaannya? Apakah kita bicara juga, hambatan tumbuh kembang anak perempuan. Atau hanya kalau ada event, ada kegiatan, ada peringatan hari anak dan hari perempuan saja, kita baru bicara?
Atau lebih ekstrim lagi pertanyaannya ketika ada korban anak perempuan?

Padahal kita tahu, anak perempuan mengalami hambatan tiap hari, yang perlu dijawab segera.

Kemudian kita tahu besarnya tanggung jawab anak perempuan kelak, setelah paparan saya tadi.

Diantaranya merekalah yang punya tanggung jawab mencetak regenerasi bangsa.

Maka sudah seharusnyalah, berbagai dampak yang merugikan tumbuh kembang perempuan, harus di kurangi.


Karena akan mengurangi kualitas masa depan dunia.

Karena peran perempuan sebagai pencetak generasi dunia, penjaga terdepan kesejahteraan keluarga, pemimpin yang punya waktu banyak bersama keluarga.

Segala paparan yang mendekatkan anak perempuan, pada tergerusnya modal kesehatan mereka, seperti industri candu, industri tembakau, rokok, kandungan gizi yang tidak seimbang, produk obat dan makanan, yang berdampak pandemi pada perempuan, sebagai pencetak generasi dunia berkualitas, harus di kurangi sejak dari sekarang.

Kemudian, kita sedang berada di tahun politik.

Betapa peran perempuan dalam politik, tidak hanya menjalankan hak politiknya, tetapi juga secara paralel ketika menjalankan hal politiknya, harus memanggul hak kesejahteraan setiap anggota keluarganya.

Bagaimana menjalankan aktifitas kampanye, dengan tetap memikirkan kebutuhan anak dan suaminya.

Ketika mereka menjalankan hak politik, tidak bisa meninggalkan dapur mereka ‘yang harus terus ngebul’, kebutuhan ekonomi sehari hari yang tidak bisa di tunda dan mengawangi kesejahteraan keluarga.

Sehingga mereka rela di setiap aktifitas kampanye, untuk antri sembako, bahkan sampai bertaruh nyawa dalam antrian sambil mengendong anak, demi dapurnya tetap ngebul, meringankan beban ekonomi suaminya.

Disamping dunia digital yang semakin maju, mempermudah anak perempuan. Namun disisi lain kemudahan itu, juga berhadapan dengan perubahan iklim, seperti polusi, suhu yang sangat panas, perubahan harga dan kebutuhan. Apalagi perempuan yang menurut PBB masih ada yang tidak memiliki akses internet.

Namun mereka tetap harus memenuhi kebutuhan keluarganya. Meski situasi iklim sangat mempengaruhi mereka setiap beraktifitas.

Sehingga hari anak perempuan sedunia, hari ini, adalah, bagaimana kita mempersiapkan anak perempuan, calon penopang masa depan anak, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, bahkan dunia

Artinya peran perempuan, yang didalamnya akan diteruskan pada anak perempuan nya, menjadi sangat sentral, strategis, menjadi pusat dunia, dalam membangun peradabannya.

Salam Hormat,

*Jasra Putra*
Wakil Ketua KPAI
CP. 0821 1219 3515


Bagikan Juga