Dalam dialog Pra Musywil hari ini (19/2) bersama Nasyiatul Aisyiyah Sulawesi Barat yang mengangkat tema Memajukan Perempuan Mencerahkan Peradaban, menampilkan narasumber Irdha Yanti Ketua PWNA Sulbar, Ulfah Mawardi Staf Khusus Meneg PPPA, saya dan Mirawati Pasolong Ketua FLP Sulbar.
Bahwa peradaban perempuan di dunia sebenarnya terus berotasi ke arah yang lebih baik. Terakhir kabar membahagiakan dari Kerajaan Arab Saudi dengan diperbolehkannya perempuan beraktifitas di ranah publik dan boleh memiliki peran lebih luas
Hanya sayangnya, dengan ISIS, negara syiria kembali dijajah ke jaman peradaban gelap, dengan memaksa perempuan di kembali hanya di ranah domestik saja.
Indonesia sendiri, melihat posisi perempuan sudah sangat maju ya, tentu semua perempuan merasakan hal yang sama.
Namun kita masih merasakan peristiwa perempuan terdiskriminasi. Yang saya kira bukan karena dikatakan peradaban tidak maju saat ini.
Tetapi kalau melihat secara utuh dari hasil asessment permasalahan yamg ada, perempuan masih perlu melawan budaya bisu.
Partisipasi perempuan sejak awal, haruslah menjadi kekuatan sesama perempuan dalam menyeimbangkan peran dan tanggung jawab di tengah keluarga, bangsa dan negara.
Karena pada dasarnya, dominasi tidak akan pernah bisa menjawab tanggungjawab perlindungan anak, siapa orang dewasa yang mampu mengawasi anak 24 jam? Tentu tidak ada.
Tetapi dalam waktu 24 jam itu, tentu peran perempuan umumnya lebih besar perhatian pada anak.
Disinilah perempuan menjadi terdepan dalam perlindungan anak dimana saja berada.
Tuhan menciptakan dunia ini, dengan berharap ada yang menjaganya, merawatnya, namun kenyataannya Tuhan juga menyampaikan tangan tangan manusialah yang akan merusak bumi nantinya.
Untuk itulah sejak awal , Tuhan menciptakan penyeimbang kehidupan di bumi, yaitu dengan menitipkan rahim di perut para perempuan, tidak di perut laki laki.
Makanya di berbagai negara, menyandingkan bumi dengan perempuan, seperti di Indonesia dengan sebutan bumi pertiwi. Karena Tuhan ingin ada keseimbangan.
Penitipan rahim itu telah menjadi ruang yang paling ramah, aman dan nyaman untuk anak, hingga melahirkan kelak.
Dan Tuhan tidak menitipkannya pada laki laki. Ini menjadi pertanda buat semua laki laki. Bahwa ditengah berbagai permasalahan kehidupan, kebingungan, kita tidak bisa meninggalkan pera perempuan, justru kita selalu diajak kembali ke asal kita, yaitu rahim ibunda. Dengam sebutan surga ditelapak kaki ibu
Karena anugerah fitrahnya memiliki rahim dan melahirkan, sehingga kekuatan emosional anak pada bundanya terbentuk alamiah.
Tentu dengan anugerah seperti ini, sudah seharusnya konektifitas antara anak dengan bundanya sangat erat dan tidak bisa dipisahkan.
Namun fenomena kekerasan anak, dengan perempuan juga banyak terjadi. Bahkan belakangan seperti kisah oknum pemilik rental ps menjebak 17 anak dari umur 8 sampai 14 tahun. Telah mengkagetkan kita semua. Apa penyebabnya?
Saya selalu mengingatkan, berbagai peristiwa kekerasan adalah karena pengalaman kekerasan. Kekerasan menjadi warisan turun temurun.
Sehingga penting sejak awal ada pencegahan, deteksi dini, rehabilitasi sampai tuntas. Jangan penanganannya sampai terlambat.
Karena jika telat tertangani dan tidak tuntas, kedepan anak menjadi rentan berperilaku berdampak hukum, yang bila terus tidak tertangani tuntas, akan berlanjut menjadi pelaku.
Ini adalah realita dari assessment secara utuh setiap keluarga yang menjadi pelaku, saksi dan korban kekerasan.
Pengalaman pengalaman trauma harus di sembuhkan.
Disinilah kita menyadari bersama, betapa pentingnya lembaga keluarga, sejak perempuan mengandung dan melahirkan anak.
Betapa pentingnya rahim yang dititipkan Tuhan itu, dibangun kapasitasnya sebelum mengandung.
Dijaga kesehatannya, dijaga sampai pada masanya, di beri edukasi yang layak.
Sehingga sangat penting menjaga anugerah rahim sejak awal.
Siapapun yang menyentuhnya, tidak bisa sembarangan, perlu persiapan yang matang.
Ibarat robot yang diciptakan dibekali sangat lengkap, namun jika di pegang ditangan yang buruk, maka akan mematikan asal muasalnya, yaitu makna rahim itu sendiri.
Oleh karena itulah UU Perlindungan Anak menyampaikan, yang dimaksud dengan anak itu, dihitung sejak dari kandungan.
Ibarat bibit padi, kita sudah tahu panennya akan jadi berapa benih padi atau sekualitas apa.
Bukan kemudian ketika keluar, baru kemudian dipaksa tumbuh menjadi benih yang kita haralkan, perlu persiapan jauh jauh hari.
Karena penting direncakan sejak awal, tidak ketika lahir, di flashback ulang dan bertanya, mengapa aku menciptakan generasi seperti ini
Disinilah peradaban perempuan sangat penting dibangun, dalam keseimbangan dan pondasi tiang keluarga. Yang akan menentukan, sejak pertama kali akan memilih pasangan dan berkeluarga. Perempuan sudah harus jauh berfikir ke arah sana.
Karena akan menentukan keseimbangan semesta.
Dalam acara ini, kader kader NA juga dituntut harus mampu menjawab perubahan jaman. Pelatihan kader harus uldate dengan kebutuhan yang ada. Karena jika kader berhasil menjalankan kehidupan berkeluarga. Artinya kita akan bisa terus melahirkan kader kader yang mampu menjawab kebutuhan saat ini. Mari perbaharui swmangat dan pelatihan kader kita ke delan.
Salam Hormat,
Jasra Putra
Wakil Ketua KPAI
CP. 0821 1219 3515
